Pengalaman Bekerja Menjadi Notaris - PPAT Baru




sumber gambar : pixabay.com

Menjadi notaris bagi sebagian orang merupakan anugrah terindah karena merupakan sesuatu yang dicita-citakan, namun setelah sekian lama menjalani proses yang melelahkan dan telah mendapat ijin (SK) dan ketentuan sehingga sudah boleh membuka praktek untuk menerima klien, pada umumnya tidak langsung menghasilkan financial seperti yang di impi-impikan, apa lagi yang sebelumnya tidak memiliki relasi yang berkaitan dengan profesi notaris ini, atau karena modal yang pas-pasan, sehingga untuk bergerak sangat terbatas, kecuali beruntung ada klien datang ke kantor namun sangat jarang apa lagi notaris baru butuh waktu berproses untuk dikenal di masyarakat. Berbeda cerita dengan notaris baru yang mendapat “warisan” koneksi dan “Modal”dari orang tua atau semacamnya sehingga cukup melanjutkan saja, namun juga jikalau tidak mampu merawat koneksi para jaringan akan meninggalkan begitu juga sebalikya maka tetaplah berfikir positif.

Notaris di mata masyarakat masih merupakah profesi yang prestis namun sepertinya untuk saat ini sudah berkurang nilai prestisiusnya, apalagi di daerah daerah yang masyarakatnya masih memiliki pola fikir yang kurang terbuka. Berkurangnya prestisius ini diakibatkan banyaknya jumlah notaris khususnya di pulau jawa, sehingga berpotensi pula notaris melakukan pelanggaran kode etik meski secara diam-diam dari mulut ke mulut, atau dengan surat menyurat ke instansi tertentu, apa lagi notaris asongan yang menawarkan diri ke masyarakat atau memelihara makelar order demi mendapat pekerjaan. Hal-hal pelanggran kode etik dan administrasi tersebut dimata masyarakat mengakibatkan profesi notaris turun derajad, sehingga masyarakat akan menilai bahwa notaris adalah jabatan bisnis yang dapat di “BELI” untuk membuat suatu yang diinginkan penghadap.

Bagaimana tidak prestis, notaris ini rata-rata di minati orang-orang berduit karena sekolahnya saja cukup mahal, meski ada sebagian yang diusahakan agar dapat menempuhnya sehingga bisa- dibilang pas-pasan, sebenarnya masalah modal tidak mutlak 100% sebagai faktor penentu, karena meski modal pas-pasan dengan usaha yang gigih pasti lama-kelamaan akan menjadi kuat dan  cukup untuk menjalankan opreasional kantornya, sesuai yang di impikan.

Jika kita menengok kebelakang kita mulai dari pendidikan kenotariatannya, tidak menghitung proses sekolah Sarjana (SH) atau sekolah dasar dan menengah, kita ambil contoh kuliah kenotariatan di UNDIP yang semester sekitar 13 juta dan belum uang lain nya atau juga biaya hidup dan biaya buku dan sejenisnya, jika bukan orang yang punya uang darimana membiayainya, paling tidak masuk golongan menengah. Belum lagi setelah lulus perlu magang di kantor notaris dan magang bersama 4 kali jika biaya magang bersama 800 ribu dikali empat sudah berapa, belum ujian pra ALB dan biaya pangkal ALB 2,5 juta untuk saat ini, selain itu biaya 18 poin yang harus dikumpulkan, jika setiap seminar 2 poin maka minimal 9 kali dengan biaya per seminar 250 ribu itu yang harga miring jika 9 kali berapa? Selanjutnya setelah magang 2 tahun magang bersama tiba waktunya biaya ujian kode etik yang biayanya kurang lebih 1,7 juta belum transport dan akomodasi, hehehe masih ada lagi jangan bosen baca ya.

Biaya – biaya segitu bagi golongan mampu seperti pegawai ASN atau sejenisnya juga pengusaha sangat terjangkan berbeda dari golongan menengah pasti biaya sebesar itu harus di usahakan. Biaya selanjutnya adalah 500 ribu untuk PNBP Peningkatan Kialitas Notaris yang fungsinya untuk mendapat user / id untuk mengajukan pengangkatan, selain PNBP perlu biaya penginapan dan akomodasi juga transport. Kalo di total udah cukup untuk bangun rumah tuh atau modal kawin wkwkwk …. Namun meski biaya yang cukup tinggi animo masyarakat masih sangat tinggi yang berminat menjadi Notaris, terbukti banyaknya sekolah notaris yang meluluskan mahasiswanya dan banyaknya peminat PPKJN sehingga tidak semua tertampung dan banyak yang mengantri, diasumsikan bahwa para  notaris saat ini berkehidupan layaknya golongan menengah keatas bahkan level atas menurut pandangan sekilas sehingga menarik dimata masyarakat.

Setelah lulus PPKJN akhirnya tiba saatnya mengajukan SK degan kouta tertentu terkadang harus berebut karena kuota formasi terbatas, dengan biaya akses 200 ribu dan pengangkatan 1 juta untuk pengangkatan pertama kali, setelah SK keluar dengan persyaratan yang juga perlu merogoh kocek seperti surat keterangan sehat juga keterangan dari kepolisian selaun kelulusan kode etik dan sebagainya. Mengajukan sumpah dengan PNBP 2,5 juta belum biaya transport dan lain-lain, seperti akomodasi atau menginap, juga biaya legalisir berkas tertentu hal itu bagi calon notaris yang belum kerja dan jika tidak ada dana bantuan maka akan terasa berat.

Tibalah saatnya memikirkan kantor, biaya sewa atau beli, biaya peralatan, buku-buku repertorium sebagai bagian dari protokol dan sebagainya, belum lagi memikirkan 2 karyawan sebagai saksi akta …. Huff matab dech kalo tidak siap-siap dana bisa terhambat karirnya, namun ada 1000 cara untuk tetap eksis didunia profesi notaris ini jadi jangan berkecil hati bagi yang modalnya cekak seperti saya. Deg-deg an dapat pemasukan berapa ya, pendapatan menutup operasional nggak ya, saya dapat bagian honor nggak ya, semoga dapat dan lancar terus …. Aaamiiinnn. Kalo ada lebihan setelah dipotong pengeluaran ya dapat honor …  senengnya jadi notaris kaya gitu jika pemasukan besar pengeluaran cukup dan masih untung banyak, itu lah jika risiko besar hasil juga harus sebanding degan risikonya.

Namanya orang usaha kadang dapat banyak kadang dapat sedikit, begitu profesi notaris ada pasang surutya, maka disarankan menurut beberapa rekan notaris yang telah berkecimpung di dunia kenotariatan ini, alangkah biknya ada usaha sampingan selain notaris karena sudah menjadi kodratnya terkadang naik terkadang turun, namun saya yakin masih menguntungkan atau menghasilkan buktinya mereka masih eksis hingga usia pension bahkan di turunkan ke anak-anaknya dan juga menghasilkan.

Memang untuk memulai terkadang tidak langsung naik namun malah mengeluarkan banyak modal yang di korbankan selain waktu, tenaga, fikiran bahkan mental karena lelah seharian belum membuahkan hasil namun yakinlah saat waktunya panen raya semua akan terbayar LUNAS, dan memuaskan.

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik agar tidak melanggar hukum dan agama

Lebih baru Lebih lama