Bagi anda yang masih pemula atau awam didunia saham seperti saya ini, saat baru terjun di dunia saham munkin ada pertanyaa anda ingin jadi investor atau trader, tentukan dulu tujuan anda sebelum membeli saham, nah memang apa beda investor sama trader? Berikut kami gambarkan dalam sebuah pemaparan singkat dari dua orang pelaku pasar. Sebut saja Rani – bukan nama sebenarnya (Investor saham kawakan), lalu sebut saja Velly – nama samara (trader saham skill tingkat dewi), dua duanya sama-sama berkecimpung didunia pasar modal khususnya saham Indonesia, secara umum kedua nya adalah investor saham namun cara untuk mendapat keuntungan berbeda antara Rani dengan Velly.
Jika Velly setiap pagi-pagi setelah subuh ia mencari caham yang potensial hari bursa hari ini saham mana yang akan naik, tidak pedulu saham tersebut tidak memiliki keuntungan bahkan rugi, yang penting hari ini naik minimal 2% dari harga beli, setelah menganalisis saham tepat pukul 08.00 WIB Velly memasang posisi beli terhadap saham yang ia prediksi akan naik hari ini, sehingga tepat pukul 09.00 WIB ia telah mendapat saham yang ia incar beberapa menit kemudian harga saham tersebut terbang naik karena banyak yang membeli pada hari itu, setelah kenaikan sekitar 2% - 4% velly menjual saham tersebut karena sudah untung dan tidak melihat apakah harga saham nanti apakah akan naik atau turun lagi, dan begitu setiap hari strategi Velly dalam transaksi saham maka trader yang hanya membutuhkan waktu harian, mingguan atau sebulan dua bulan saja tidak sampai 1 tahun dapat di bilang seorang “TRADER”.
Sedangkan Rani untuk berinvestasi saham memilih saham dengan analisis fundamental dan rutin minimal sebulan atau per tiga bulan memlihat laporan khususnya keuangan laba rugi perusahaan tersebut, memilih perusahaan yang memiliki reputasi bagus semisal setiap tahun bagi deviden, merupakan perusahaan yang profit, memiliki manajemen yang baik, dengan harapan di masa yang akan datang harga saham akan naik berkali-kali lipat dan mendapat deviden setiap tahunnya, Rani membeli saham perusahaan A dan ia tetap tahan hingga setahun kedepan tidak menjualnya lagi karena ia yakin harga saham tersebut dari tahun ketahun akan semakin bagus, dan setiap tahun mendapat deviden. Nah jika pola investasi seperti Rani tersebut dapat dibilang seorang “INVESTOR”.
Sebenarnya secara hukum antara Trader dan investor sama saja, hanya istilah para pelaku pasar modal khusunya saham untuk membedakan investor jangka panjang dan para investor jangka pendek, bahkan masih ada lagi beberpa istilah aneh seperti mafia saham, Bandar saham, spekulan saham, pom-pom dan sebagainya.
STRATEGI TRADER SCALPING, SWING, ONE DAY TRADE (ODT)
Bagi yang berkecimpung di dunia saham tentu sering membaca atau mendengar istilah scalping, day trade dan swing, apa persamaan dan perbedaan dari ketiganya, sebenarnya ketiganya hanya penamaan saja karena yang membedakan hanya teknik jual-beli yang digunakan.
Persamaan dari ketiganya yaitu sama-sama dalam rangka jual-beli saham untuk mencari keuntungan, kapital gain adalah yang dicari dengan memanfaatkan fluktuasi harga saham, caranya membeli harga saat murah kemudian menjual saat harga naik. Ketiganya memiliki karakter jual-beli saham rentang waktu relatif pendek (sort trading) sehingga tidak menunggu hingga tahunan, bahkan ada yang hanya beberapa menit saja.
Jual-beli saham dengan teknik scalping menurut apa yang penulis mengerti adalah jual-beli saham secara sort term, bisa jadi hanya beberapa detik saja atau beberapa menit saja, sehingga teknik ini digunakan oleh mereka yang sudah berpengalaman dan memiliki jam terbang yang tinggi. Sebagai contoh misalkan membeli saham Jam 10.00 WIB done buy dapat di jual 10.16 WIB (jika harga sudah naik misal 2%) hanya 16 menit saja bahkan kurang. Teknik scalping ini biasanya menggunakan analisis teknikal sehingga dapat diprediksi beberapa menit lagi harga akan naik, biasanya menggunakan grafik per menit atau per beberapa detik dalam membaca gerakan harga sahamnya, juga melihat antrian jual dan beli, maka dari itu butuh pengetahuan yang dalam dan pengalaman karena jika telat menjual beberapa menit saja harga dapat turun lagi dan malah rugi. Prediksi atau analisis juga tidak selalu tepat, karena analisis itu tidak ada yang 100% akurat, tergantung juga dari pengalaman analis itu sendiri seberapa akurat analisisnya maka perlu strategi SL (stop loss), menjual rugi saham yang telah kita beli agar kerugian tidak semakin banyak.
ODT, berbeda trading dengan teknik one day trade / ODT (hampir sama dengan scalping) hanya saja waktu yang dibutuhkan dapat satu hari bursa atau beberapa hari, namun biasanya harian pagi beli sore jual atau kalau sudah untung jual, atau sore beli besok paginya di jual. Jadi perbedaannya antara scalping dan one day trade adalah jangka waktu scalping lebih pendek dapat beberapa detik atau menit saja, sedangkan ODT dapat memakan waktu beberapa jam bahkan harian. Keduanya memakai analisis teknikal, namun jika scalping dapat memakai volume jual dan beli atau bid dan offer, sedangkan ODT lebih condong analisis grafik harga, itu menurut pendapat saya saja mungkin ada yang berpendapat lain.
Swing trader memakai teknik swing trade, teknik ini masih menggunakan analisis teknikal namun masih melihat fundmental saham, tentu memilih saham dari perusahaan yang berfundamental bagus, menurut saya analisis fundamental untuk pondasi jika kemungkinan terburuk terjadi atau jika harga turun tiba-tiba jauh dari prediksi, misal karena berita buruk dari perusahaan tersebut harga jadi turun. Para trader swing ini kebanyakan mengambil posisi hold (menbeli kemudian ditahan / tidak di jual dulu) hingga waktu tertentu (tentu hingga harga naik) bisa saja trading harian, mingguan atau bulanan. Tren pasar juga statistik saham dari segi harga juga volume di analisis sehingga dapat mengambil posisi buy saat harga turun, kemudian telah diprediksi harga akan naik lagi (ingat support dan resisten).
Cara Menghindari Kerugian Saat Trading Saham
Cara mengatasi atau meminimalisir risiko trading swing jika dalam teknik sclaping dan ODT terdapat trading plan yang namnya Stop Loss (SL) harian, maka dalam trading swing dapat memakai teknik average down yaitu strategi membeli saham secara bertahap saat saham jatuh, dengan demikian rata-rata saham yang turun milik kita menjadi turun, misal kita hari ini menbeli saham TINS di harga 2.400 sebanyak 10 lot karena news atau harga komoditas timah turun, maka hari itu dan beberapa hari berikutnya malah turun terus hingga harga 2.100 nah saat harga 2.100 ini kita beli saham TINS lagi sebanyak 20 lot dengan harapan besok akan naik ternyata harga TINS turun lagi, disini anda boleh memutuskan membeli lagi untuk average down atau hold hingga harga menyentuh titik support kuat baru beli saham TINS lagi sebanyak 40 lot misalkan diharga 1.500. Sehingga total saham TINS yang kita miliki sebanyak 70 lot dengan rata-rata harga tentu dibawah 2.000 sehingga nantinya jika harga kembali ke level 2.400 atau lebih kita sudah mendapat profit, namun kita harus konsisten dan sabar selain analisis baik teknikal maupun fundamental mengenai prediksi bahwa harga beberapa bulan kedepan akan kembali ke harga saat kita membeli pertama kali, jika prediksi salah maka kita pasti rugi, maka penting menganalisis saham tersebut sebelum memutuskan membeli saham. Pilihlah perusahaan yang tepat dengan fundamental bagus dan stabil sehingga ada kemungkinan harga akan kembali menanjak, bukan sebaliknya jika saham yang dibeli adalah perusahaan yang mau bangkut ya sudah wasallam apalagi menuju gocap atau otw suspent. Maka pilihlah saham perusahaan yang bagus.
Strategi lain yang dapat digunakan untuk membatasi kerugian adalah stop loss (SL) strategi ini sama saja dengan teknik scalping atau OTD, begitu juga dalam scalping dan ODT juga dapat memakai strategi average down namun waktunya lebih singkat sehari atau beberapa hari saja. Stop loss adalah menjual saham jika mencapai titik minus yang telah kita tentukan dalam trading plan yang kita buat, hal ini terjadi karena prediksi kita meleset sehingga harga saham yang kita harapkan naik malah turun.
Oke, jadi kalian memilih teknik yang mana untuk transaksi saham anda? atau kalian memilih menjadi investor dengan analisis fundamental dan menanti pembagian deviden? Jika uang kalian minimal 1 miliar lumayanlah hasilnya dengan menjadi investor dengan mengandalkan deviden saja. Jika anda ingin mendapat keuntungan selain dari deviden dapat memanfaatkan fluktuasi harga dengan menjadi trader. Trader dapat menggunakan ketiga teknik tersebut diatas pilihlah atau silakan dicoba mana yang cocok untuk kalian, karena tidak ada metode atau strategi yang sempurna begitu juga analisis tidak ada yang 100% akurat karena teknik, strategi dan analisis hanya alat bantu saja, meski tidak sempurna dalam kenyataan para trader memakai itu karena memang cenderung sesuai mendekati akurat meski terkadang salah.
Saat ini saya sendiri masih mencari teknik yang tepat agar dapat profit konsisten tiap bulan sesuai harapan, sejujurnya awal investasi saham hanya untuk nabung bukan trading harian namun saya rasa begitu lama mendapatkan keuntungan jika modal minim seperti saya ini, sehingga kemudian belajar trading harian atau swing mingguan / bulanan dengan harapan dapat profit lebih dibanding hanya mengharap deviden, namun ternyata tidak semudah itu, kondisi pasar tidak menentu terkadang rugi terkadang untung, hingga saat ini masih memakai uang kecil dan masih belajar.
Menurut data dari burssa efek Indonesia (BEI) investor saham meningkat seiring waktu, sebab banyak perusahaan skuritas yang gencar mengadakan sosialisasi sekaligus promosi untuk menggaet nasabah. Meski kebanyakan adalah investor ritel namun itu sangat berarti, bahwa masyarakat mulai melek saham.
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik agar tidak melanggar hukum dan agama